Thought.

Hidup tak pernah bisa tertebak bagaimana awal dan akhirnya, selain sebagai suatu fase panjang yang harus kita lalui sebagaimana mestinya, untuk mencapai suatu kesempurnaan. Hidup tak selalu bisa terencana akan dimulai dan berakhir dimana. Terkadang kita hanya sekedar menjalani tanpa tahu arah dan tujuan, namun tak sedikit yang sadar, untuk apa ia hidup, dan bagaimana ia harus menjalani hidupnya.

Bagiku hidup dimulai ketika aku paham, untuk apa aku dilahirkan. Seperti sebuah perjalanan panjang menuju satu keabadian. Perjalanan yang tak akan pernah sanggup aku lalui sendirian. Melangkah sunyi, ditengah keramaian, perasaan terasing dalam sebuah pesta pora yang berujung huru hara. Sungguh, betapa sepi hidupku tanpa kehadiran peran-peran lain yang mewarnai setiap langkah hari demi hari.

Bagiku hidup bagaikan sebuah persinggahan dalam menjalani suatu perjalanan. Terkadang kita berhenti sejenak melepas lelah, menatap sekitar, menyaksikan polah tingkah orang-orang yang sama sekali tak kita kenal. Mempelajari sebuah rasa, sedih,marah, kecewa, tangis, bahagia, senyum, hampa dan kosong.

Aku melangkahkan kaki setapak demi setapak, perlahan menjejak. Dalam perjalanan yang terkadang berbatu, terkadang mendaki dan terjal, menurun, tandus, penuh bunga. Bagaikan sebuah pentas drama raksasa yang penuh aktor menyelami perannya masing-masing. Dengan skenario diselembar kertas lusuh terlekat erat ditangan.

Aku bertemu pelangi, aku bertemu hujan yang merindukan bumi, aku menjumpai banyak sosok yang berperan penting dalam perjalanan hidupku.

Dan aku menjumpai mereka. Orang-orang hebat yang mewarnai hidupku dengan baaanyak senyum, canda, dan tawa:)
Orang-orang yang sangat sederhana, dan luar biasa.

Sewaktu aku duduk di taman kanak-kanak, aku pernah berpikir kalau seorang teman yang baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah ketika yang ada hanyalah krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, aku menemukan bahwa seorang teman yang baik adalah teman yang mau menemani ke toilet, menggandeng tangan sepanjang koridor menuju kelas, membagi makan siangnya ketika kita lupa membawanya.


Di sekolah lanjutan pertama,aku berpikir lain, seorang teman yang baik adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi bersama ke pesta dan menemani kita makan siang.

Di SMA, kadang aku merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mengajak kita mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita kalau kita boleh pulang malam sedikit, mau mendengar kisah sedih saat kita putus dari pacar,

Di masa berikutnya, aku melihat kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman melalui masa-masa seperti apapun, meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian sidang sarjana kita

Dan orang-orang hebat itu, memberikanku arti lain tentang seorang teman, mereka memberiku pemahaman bahwa seorang teman yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan dari kita, menegur ketika kita melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya.

D.

No comments:

Post a Comment